Senin, 20 Januari 2014

Creating & Sustaining Brand Equity


Jika keseluruhan aktifitas pemasaran harus diringkas jadi satu kata saja, maka yang keluar adalah branding. Setiap brand adalah produk, tetapi tidak semua produk adalah brand.
-Apakah Pemasaran itu dan Mengapa Branding Menjadi Sangat Penting?
Brand adalah ide, kata, design grafis dan suara/bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut.

-Prinsip dasar Branding: Penciptaan Nilai Tambah
Konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu brand di atas produk-produk jasa sejenis karena suatu brand dipersepsikan mempunyai nilai lebih (added values) dibandingkan komoditas generik. Jadi, pada dasarnya branding adalah penciptaan nilai tambah atas suatu produk.

-Konsep Dasar Branding
Sebuah brand dapat dibangun menggunakan konsep functional, experiential, atau image brands (Tybout dan Carpenter). Pemilihan sebuah Branding concept  dipengaruhi oleh asumsi produsen atas tiga factor; yaitu jenis produk itu sendiri, intensitas persaingan, dan tentang baghaimana konsumen memilih dan mengkonsumsi suatu produk.

-Functional Brand
Konsep functional branding ini dijiwai oleh filosofi pemasaran tradisional bahwa konsumen adalah pemroses informasi yang rasional.
Produsen memilih konsep branding ini dengan latar belakang asumsi bahwa konsumen membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan fungsional dan memberikan utilitas umum.

-Experiental Brand
Sebuah experiential brand dibangun berdasarkan asumsi bahwa di atas kebutuhan pokok (needs), kosumen mempunyai keinginan (wants) dan hasrat (desires). Jadi, selain peduli dengan bagaimana suatu brand dapat melaksanakan fungsinya , konsumen menikmati saar-saat atau pengalaman berinteraksi dengan brand tersebut.

-Image Brand
Suatu image brand dibangun dengan menciptakan image(citra) dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dengan menganggapnya berbeda karena brand ini memancarkan asosiasi dan citra tertentu.

Branding merupakan keharusan dalam era persaingan sekarang ini di mana konsumen menghadapi banyak pilihan dan kualitas produk yang tersedia sudah sulit dibedakan. Suatu brand bias menjadi semacam a contract of trust  antara produsen dengan konsumen karena ia menjamin konsistensi nilai yang dismapaikan kepada konsumen.

Strategic Brand Positioning

 Brand Positioning  adalh strategi untuk merancang dan mengkomunikasikan posisi unik dan superioritas sebuah brand di dalam fikiran konsumen. Pada prinsipnya tujuan dari perncangan positioning pruoduk adalah penciptaan makna suatu brand dengan meminimalkan kesenjangan antara persepsi konsumen dengan makna brand tersebut dan memaksimalkan perbedaannya dengan brand pesaing. Konsep keunikan juga disebut diferensiasi di mana sebuah brand menawarkan keunikan yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

-Nilai Inti dari Suatu Brand (Core Brand Values)
Positioning suatu brand harus dimulai dari nilai intinya (core values), dan kemudian dinyatakan dalam pernyataan atau dalam rumusan proposisi nilai yang juga dikenal dengan brand mantra. Selanjutnya positioning ini dikomunikasikan kepada konsumen melalui logo, kemasan, slogan atau tagline.

-Positioning yang Berorientasi Konsumen
Seseorang akan mencari nilai dan atribut brand yang relevan baginya dan memaknainya sesuai dengan struktur ya g diketahuinya. Oleh karena itu pengembang suatu brand mutlak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang konsumen potensialnya,meliputi persepsi, kebiasaan, cara pandang, dan aspirasi. 

-Positioning yang Berorientasi Pesaing
            Pendefinisian arena perasaingan perlu dilakukan secara luas dan berlapis.
  • Lapis pertama; pesaing merupakan brand yang telah ada dan memenuhi kebutuhan yang hamper sama, dikatakan sebagai pesaing yang dihadapi secara langsung (head-to-head competition).
  •  Lapis kedua, selain pesaing yang memang telah ada, arena persaingan  perlu melibatkan brand lain yang merupakan brand subtitusi( bias menggantikan atau berfungsi hamper sama).
  • Lapis terakhir; adalah brand yang brand yang potensial akan memasuki arena persaingan di masa yang akan datang.
-Panduan Perumusan Pernyataan Positioning suatu brand (Positioning Statement)
Setelah strategic Positioning suatu brand diputuskan, biasanya pernyataan tentang positioning tersebut (positioning statement) dirumuskan oleh brand manager. Pernyataan positioning ini akan menjadi semacam visi bersama (shared vision) bagi semua karyawan sekaligus panduan tentang tata cara memperlakukan suatu brand demi menyampaikan brand promise (dalam hal kualitas, kemasan, harga, garansi, dan pelayanan purna jual) kepada konsumen.

Pembentukan brand  yang kuat dimulai dari penentuan brand positioning yang unik dan relevan. Perumusan brand positioning ini melibatkan dua keputusan strategis dalam manajemen pemasaran, yaitu pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok yang relatif homogen(segmentasi) dan pemilihan sasaran pasar (targeting).

Brand Research

Brand dan model konseptual yang digunakan sebagai pedoman sederhana dalam melakukan penelitian tentang brand equity. Secara khusus artikel ini memeberi focus pada ekstensi penelitian tentang brand yang melampaui parameter pemasaran (marketing metrics) menuju pada parameter keuangan (financial metrics).
-Roadmap untuk Penelitian tentang Branding
 Penelitian tentang brand bias bertujuan memotrret kondisinya sekarang ini ataupun dalam rangka menyusun strategi penciptaan brand oleh suatu perusahaan. Pada tahapan pertama, peneliti perlu menentukan apakah penelitiannya akan menghasilkan brand portrait atau brand modeling 

-Brand Model (Customer-Based Brand Equity Model)
 Penelitian tentang brand perlu diawali dengan pemodelan tentang elemen-elemen atau dimensi-dimensi brand equity yang akan diukur. Di mana dalam hal ini dipengaruhi oleh variable perilaku, yaitu costumer loyalty dan implikasi financial dari brand equity, yaitu price premium (ketersediaan konsumen untuk membayar lebih tinggi untuk brand yang dipercayainya).

-Mengaitkan Nilai Pemasaran (marketing Value) ke Nilai Keuangan (Financial Value)
Mayoritas pemasaran berhenti pada pengukuran sikap (attitude) dan minat beli (purchase intention) dan mengasumsikan bahwa minat beli akan menjadi pembelian sesungguhnya (actual purchase). Padahal jika konsumen mempunyai brand salience yang sangat mantap, tahu dimana dapat membeli brand tersebut, memahami trade off dari pilihan terhadap suatu brand di banding brand pesaing-pesaingnya (konteks persaingan), mempunyai uang untuk membeli, dan mempunyai dorongan untuk membeli dan akhirnya benar-benar melakukan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa ekuitas suatu brand belum dan belum tentu tertranslasikan menjadi nilai financial.

Corporate Social Responsibility, Corporate Social Marketing, and Brand Building
Dalam era persaingan yang semakin ketat, aktifitas Corporate Social Responsibility (tanggung jawab social perusahaan dan untuk selanjutnya disingkat CSR) menunjukkan peningkatan dalam kualitas aktivitas dan besaran dana yang dikeluarkan Business Week (Berner,2005) mencatat bahwa perusahaan-perusahaan besar dunia melaporkan investasi dalam jumlah yang signifikan ke dalam aktivitas CSR. Hal ini ternyata berpengaruh positif pada beberapa indicator respon kosumen, misalnya pada peningkatan awarness pada perusahaan dan kecenderungan untuk beralih pada perusahaan yang melakukan aktivitas CSR.

-Membangun Brand Melalui Corporate Social Marketing
Keterkaitan antara CSM dan tujuan pencarian laba dari perusahaan dapat diciptakan terutama melalui pengaruh CSM terhadap reputasi perusahaan. Bermodal reputasi positif, Perusahaan mampu memasang harga produk yang lebih tinggi, mempermudah akses ke pasar modal, menarik sumber daya manusia yang lebih berkualitas, dan menarik lebih banyak investor (Blumenthal dan Bergstorm, 2003; Kotler dan Lee, 2005).
             
Secara khusus, Keller dan Hoeffler (2002) berarumentasi bahwa CSM dapat membangun Brand Equity melalui enam jalan (yaitu sesuai dengan elemen-elemen dalam “Costumer-Based Brand Equity Model”), sebagai berikut:
1.    Memperluas pengenalan terhadap brand  (brand awarness)
2.    memperkuat citra positif brand (brand image)
3.    Membangun kredibilitas brand (brand credibility)
4.    Memperkuat perasaan positif terhadap brand (brand feelings)
5.    Menciptakan komunitas brand (brand community)
6.    Menciptakan rasa keterkaitan dengan brand (brand engagement)

-Brand Social Leadership: Brand yang Menginspirasi Perubahan Sosial
 Bagian sebelumnya menguraikan kontribusi CSM dalam membangun citra positif brand. Jika kita melihat arah kontribusi yang demikian, maka pandanga bahwa CSM akan memberikan kontribusi nyata dan tulus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat akan sulit diterima. Oleh karena itu kita perlu melihat dalam arah sebakiknya, yaitu di mana brand dengan ekuitas yang dimilikinya mempunyai potensi yan besar untuk berkontribusi pada masyarakat. Pola hubungan antara brand dengan masyarakat adalah hubungan dua arah yang merupakan perajutan relasi di anatara keduanya.

Uraian di atas manunjukkan bahwa diskusi seputar CSR/CSM menunjukkan beberapa wilayah yang perlu dieksplorasi dan dikaji lebih lanjut, yaitu yang berkaitan dengan perbedaan pandangan mengenai status CSR dalam perusahaan, efektifitas CSR dan CSM dalam membangun brand, integrasi CSR/CSM dengan strategi perusahaan, dan yang terakhir adalah tentang Brand Social Leadership. Potensi brand sebagai social leader barangkali bisa memberikan solusi pada dilemma perusahaan dalam memutuskan keterlibatannya dalam CSR/CSM dan menjadi titik konvergensi antara korporasi dan masyarakat untuk secara sinergis memecahkan masalah social dan mensejahterakan masyarakat.

Internal Branding

  • Aspek Eksternal dan Internal strategi Branding

Dalam manajemen brand atau perumusan strategi branding, banyak orang (yang meliputi praktisi bisnis, konsultan, dan juga akademisi) memberikan penekanan pada aspek eksternal dari strategi branding, yang biasanya melibatkan proses riset pasar, pembuatan arsitektur brand, pemosisian brand, dan manajemen periklanan dan komunikasi pemasaran. Semua hal ini penting untuk menjamin bahwa konsumen mengenal, mempercayai, dan mencintai brand yang ditawarkan perusahaan.
  • Konstruksi Brand Identity
 Proses internal branding dapat dimulai dengan pembentukan brand identity dan kemudian mengkomunikasikannya kepada seluruh anggota organisasi. Brand identity dapat didefinisikan sebagai atribut yang menentukan esensi dan karakter dari suatu brand, yang melampaui batasan waktu dan tempat, dari persepsi pihak internal perusahaan (Burmann dan Zeplin, 2005)
  • Brand dan Manajemen

 Keberhasilan penciptaan identitas brand sudah menentukan separuh dari penggunaan brand yang kuat. Jika secara internal perusahaan sudah siap memberikan komitmen untuk bersikap dan berperilaku sesuai brand (on-brand), akan tercipta keselarasan antara brand promise (klaim tentang keunggulan brand seperti yang dikomunikasikan kepada pihak eksternal) dengan brand delivery (penyampaian produk/jasa kepada konsumen).
-Tiga Tahapan dalam Proses Asimilasi Brand
             
Penciptaan perusahaan menuju perusahaan yang brand driven membutuhkan penciptaan budaya perusahaan dimana cara pandang, sikap, dan perilaku semua anggota organisasi sesuai dengan brand (Mecklenburg, 2005).
  •  Tahap 1: Pengembangan Strategic
Dalam tahap ini proses asimilasi brand dirancang sedemikian rupa agar kelompok-kelompok kunci anggota organisasi menerima brand, mendukung, dan memahami strategi branding perusahaan. Pada tahapan ini perusahaan harus siap dengan rencana mendetail yang mengiidentifikasi tujuan, esan yang akan disampaikan, cara menyampaikan, dan waktu pencapaian masing-masing tujuan untuk setiap klelompok karyawan yang menjadi subjek proses asimilasi brand. Manajer yang akan memainkan peran kunci ini juga harus diidentifikasi sejak awal.
  •  Tahap 2: Pembangunan Fondasi
Tahap ini menandai bagian terbesar dalam proses asimilasi brand.
  • Tahap 3: Implementasi
Sementara workshop tetap berlangsung dalam tahapan pembangunan fondasi, tim yang lain harus mulai merancang jenis komunikasi, acara, atau pengalaman menghasilkan dampak langsung dan dapat dirasakan untuk mendukung tahapan implementasi yang mencakup seluruh perusahaan.
  • Enam Prinsip Dasar dalam Melakukan internalisasi Brand
1.    Pastikan bahwa brand selalu relevan
2.    Pastikan bahwa brand dapat diakses dengan mudah
3.    Perkuat pesan brand secara terus-menerus
4.    Buatlah edukasi tentang brand terintegrasi dengan program pelatihan
5.    Berilah penghargaan pada perilaku yang sesuai dengan brand
6.    Sesuaikan Kebijakan Perekrutan Karyawan
  • Mengukur Pencapaian Internalisasi Brand. Pencapaian strategi internalisasi brand harus diukur dan dievaluasi.
  • Penutup

Destination Branding (Konsep dan Kerangka Analisis Strategi Branding Destinasi Wisata)
  • Pendahuluan
  • Branding Destinasi Wisata
Profil demografis dan psikografis wisatawan potensial juga berperan besar dalam mendorong desrtinasi wisata untuk mempunyai strategi branding yang jelas, unik dan berkelanjutan, untuk dapat bersaing dengan pariwisata internasional.
  • Teori dan Definisi Branding Destinasi
Definisi tentang branding destinasi ini mengandung elemen-elemen dalam branding, yang juga berarti garis besar dalam mengembangkan strategi sekaligus kerangka evaluasi untuk menilai efektifitas branding suatu destinasi wisata. Elemen-elemen ini adalah:
·         Citra (image)
·         Mengenalkan (recognition)
·         Membedakan (differentiation)
·         Menyampaikan Pesan (Brand Messages)
·         Konsisten (consistency)
·         Membangkitkan Respon Emosional (Emotional response)
·         Membangkitkan Harapan (creating Expectation)
-Kompleksitas Branding Destinasi dan Internal Branding
-Penutup dan Implikasi untuk Riset tentang Branding Destinasi Wisata

Airline Branding: A Case Study
-Pendahuluan
-Tinjauan konseptual: Branding dan strategi Persaingan
·        Prinsip dasar Branding
·        Komponen dari Brand Equity
·        Metode Pengumpulan dan Analisis Data
-Analisis
·         Garuda, Lion Air, Indonesia Air Asia dan Industri Penerbangan di Indonesia
·         Strategi Branding Garuda, Lion Air, Indonesia Air Asia: dari Unique Selling Proposition sampai Strategi Komunikasi Pemasaran
·         Elemen-elemen Pembentuk Brand Equity dari Garuda, Lion Air, dan Indonesia Air Asia
·         Penutup: Branding dan Strategi Generik Porter

Sumber ;
Creating & Sustaining Brand Equity
(Apek Manajerial dan Akademis dari Branding)
(Cetakan Pertama, 2009), Ike Janita Dewi, Ph.D, Amara Books




Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...