“penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan
penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan
pribadi dan bukan bisnis" (retailing includes all the activities involved in
selling goods or services directly to final consumer for personal, non business
use)
-Kotler (2003:535)-
-Kotler (2003:535)-
Sejarah Industri Ritel.
Dalam perkembangannya, pusat
perbelanjaan semakin modern yaitu dengan ditandai dengan penampilan bentuk
fisik yang lebih mewah dan fasilitas yang lebih canggih dibandingkan dengan
pasar tradisional. Di Indonesia, awalnya pertumbuhan pusat perbelanjaan dimulai
dari berdirinya sarinah building di bilangan thamrin Jakarta pada tahun 1994
yang pada saat itu menjadi salah satu bangunan megah. Sebenarnya gagasan itu
sudah muncul sejak tahun 1962 oleh presiden Soekarno, dan akhirnya hal itu
dapat terealisasi 2 tahun berikutnya dari dana hasil rampasan Jepang.
Ekonomi yang buruk, dan situasi
politik yang tidak stabil membuat sarinah gagal menjadi pelopor pasar modern
seperti yang dicita-citakan. Seiring dengan itu, konsep belanja pun ikut gagal.
Namun pada tahun 1979 masyarakat Jakarta mulai diperkenalkan kembali pada pola
pasar modern dengan berdirinya Aldiron plaza di kawasan Blok M. namun pada
tahun 1994 bangunan ini terkena musibah kebakaran yang pada akhirnya hanya
menyisakan 262 toko dari kurang lebik 500 toko.
Sukses aldiron plaza pada saat itu
diikuti oleh pembangunan duta merlin, ratu plaza pada tahun 1980-an di Jakarta
yang pada akhirnya bisnis eceran mulai menampakkan pertumbuhan dengan hadirnya
supermarket seperti gelael dan hero supermarket dan diikuti oleh golden truly,
grasera, tomang tol, permata, jameson dan lainnya.
Dengan semakin berkembang pesat
pertumbuhan ekonomi di Jakarta disertai dengan perkembangan wilayah pemukiman
kea rah pinggiran kota, maka pusat-pusat perbelanjaan mulai merambah ke
daerah-daerah baru, yang merupakan lokasi persilangan sejumlah wilayah
pemukiman baru.
Ritel Modern.
Department store dan supermarket
dapat diklasifikasikan menurut skala usahanya, seperti luas lantai, besar
omzet, dan jaringannya. Minimal bangunan ini harus memiliki luas 600m2 per satu
outlet atau merupakan chainstore dengan total luas yang sama. Untuk fasilitas
dan sarana yang disediakan minimal tersedia AC sehingga konsumen dapat
merasakan kenyamanan berbelanja dan berlaku pola belanja swalayan. Dan konsep
ini merupakan factor utama yang ditawarkan pasar modern saat ini. Fasilitas
lainnya yaitu : pass room, cashier machine daan cold storage.
Perintis Ritel di Indonesia.
·
Hari
darmawan, seorang pendiri Matahari Group yang memulai bisnisnya dari sebuah
toko pakaian kecil di kawasan pasar baru
·
Saleh
kurnia, pendiri kelompok Hero memulainya dari gang ribal
·
Dick
gelael, dari kelompok gelael yang memiliki toko di daerah faletehan, blok M
Jakarta.
·
Bob
sadino, memulai dari berdagang telor keliling.
Keberhasilan tokoh-tokoh tersebut tidak
terlepas dari dukunga bpk Ali Sadikin yang pada saat itu menjabat sebagai
gubernur DKI Jakarta yang menginginkan Jakarta segera menjadi kota
metropolitan.
Jumlah Ritel Modern dan Penyebarannya.
·
DKI
Jakarta memilki ritel modern terbanyak.
Dari kurang
lebih 2072 gerai yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia sampai pada tahun
2001, DKI Jakarta memiliki 120 dept. store, 258 supermarket, 426 minimarket dan
19 hypermarket.
·
Jabotabek
memiliki ruang ritel modern terluas.
Kurang lebih 60%
kontribusi yang diberikan oleh wilayah jabotabek dibanding kota-kota besar
seperti bandung yang memiliki kontribusi 11%, Surabaya 7,4% dan medan, makasar,
Pontianak yakni di bawah 5%.
Karakteristik Department Store.
- Dari segi lokasi, fasilitas, tata letak dan sarananya sangatlah jauh berbeda dari perdagangan eceran.
- System pengadaan, pendistribusian dan penjualan lebih terpusat (centralized merchandise procurement system) yaitu satu tim yang bertanggung jawab atas pembelian barang dan sekaligus untuk memenuhu kebutuhan seluruh toko yang ada.
Karakteristik Perdagangan Eceran.
- Pedagang eceran sebagai institusi pemasaran.
- Sebagai penghubung antar produsen.
- Sebagai perantara.
- Sebagai pencipta citra.
Fungsi Penjualan Eceran.
- Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan keinginan konsumen.
- Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang cukup kecil.
- Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk.
- Mengadakan transaksi langsung dengan para konsumennya.
Jenis-jenis Penjualan Eceran.
- Store Retailer (Pedagang Eceran Bertoko)
- Non Store Retailer (Pedagang Eceran Bukan Toko)
- Retailer Organization (Organisasi Pedagang Eceran)
BAURAN PENJUALAN ECEARAN (RETAILING MIX)
Menurut beberapa
tokoh mengenai bauran penjualan eceran :
Kotler dan Amstrong (2004:442), Dunne Lusch, Griffith (2002:53), Masson Mayer, f. Ezeel (1998:49), Berman dan Evans (2004)105) menyimpulkan
bahwa “keputusan pemasaran pedagang eceran terdiri dari keputusan pasar
sasaran, ragam produk dan perolehan, keputusan pelayanan dan suasana toko,
keputusan harga, promosi, dan tempat”.
Adapun komponen
alat-alat bauran penjualan eceran yang dapat dikontrol oleh perusahaan tersebut
yaitu :
- Lokasi
Toko (Store Location)
- Pelayanan
(OperationPprocedures)
- Merchandising
(Produk / Barang yang ditawarkan)
- Harga
(Pricing Tactics)
- Suasana
Toko (Store Atmosphere)
- Karyawan
Toko (Customer Service)
- Metode
Promosi (Promotional Method)
Ekuitas merek
Menurut asosiasi pemasaran Amerika (usahawan No. 08 th XXVIII Agustus, 1995:5), bahwaa merek dapat didefinisikan sebagai sebuah nama, istilah, tanda, symbol atau desain atau paduan dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk memberikan identitas bagi barang atau jasa yang dibuat oleh suatu perusahaan serta untuk membedakan atas barang atau jasa pesaing.
Unsur-unsur ekuitas merek :
-
Kesadaran
Nama (Name Awareness)
-
Kesan
Kualitas (Perceived Quality)
-
Asosiasi-asosiasi
merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas.
-
Loyalitas
Merek (Brand Loyality)
-
Asset-aset
Merek Lainnya : Paten, Cap, Saluran Hubungan dll.
KEUNGGULAN BERSAING.
Konsep Keunggulan Bersaing.
- Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah dibanding pihak pesaing. (More for Less)
- Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya yang sama besar bila disbanding dengan pihak pesaing. (More for Same)
- Memberikan kemanfaatan yang sama dengan pihak pesaing kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah. (Same for Less)
- Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya yang juga lebih besar bila dibandingkan dengan pihak pesaing. (More for More)
- Memberikan kemanfaatan yang rendah kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pihak pesaing. (Less for Less)
Ø Pemasaran
Hubungan Pelanggan (Customer Relationship Marketing)
-
Hollensen (2003:9),
karakter lain dari pemasaran transaksional adalah kepercayaan bahwa kebebasan
dalam memilih pemain-pemain pemasaran dapat menciptakan system yang lebih
efisien untuk menciptakan dan mendistribusikan nilai dari pemasaran.
-
Asumsi-
asumsi-Nya :
1)
Adanya
sejumlah besar pelanggan yang potensial.
2)
Pelanggan
dan kebutuhannya secara umum diasumsikan sama.
3)
Lebih
mudah untuk mengganti hilangnya pelanggan dengan pelanggan baru.
Ø
Nilai
Pelanggan
-
Pengertian
:hasil
yang didapat oleh konsumen dari bidang produk /jasa berdasarkan persepsi dari
apa yang diperoleh dan apa yang diberikan.
-
Penetapan
Harga Jasa/Produk Berdasarkan Nilai Yang Diperoleh Konsumen :
1) Nilai
adalah harga yang rendah/murah. Dengan kata lain bahwa suatu produk /jasa akan
bernilai jika menetapkan harga yang rendah/murah.
2)
Nilai
adalah segala sesuatu yang diinginkan konsumen dalam produk atau jasa.Yang berarti
bahwa harga yang ditetapkan bukan merupakan hal yang utama, tetapi kualitas
tertinggi atas produk tersebut.
3) Nilai
adalah kualitas yang diterima konsumen dari harga yang dibayarkan. Yang berarti
bahwa sebagian konsumen melihat nilai sebagai suatu pertukaran yang seimbang
antara uang yang dibayarkan dengan kualitas barang/jasa itu sendiri.
4) Nilai
adalah apa yang diperoleh dari apa yang diberikan. Atau konsumen menganggap
bahwa segala keuntungan yang diperoleh seperti uang, waktu, dan usaha dapat
menjelaskan arti dan nilai.
Ø Keunggulan Bersaing
Ritel.
Levy dan Weitz
(2004:151) mengatakan bahwa terdapat tujuh peluang penting bagi peritel untuk
membangun keunggulan bersaing yang sustainable.
1.
Loyalitas
pelanggan.
2.
Lokasi.
3.
SDM.
4.
Distribusi
dan sistem informasi.
5.
Unit
merchandise.
6.
Hubungan
dengan vendor.
7.
Layanan
pelanggan.
Loyalitas pelanggan
Ø Pengertian :
banyak peneliti
berpendapat bahwa kepuasan merupakan proses psikologis dari persepsi terhadap
evaluasi hasil kinerja berdasarkan harapan yang telah ditentukan sebelumnya.
Ø Karakteristik Loyalitas
Konsumen.
a)
Melakukan
pembelian ulang secara teratur (Repeat Purchase)
b)
Membeli
diluar lini produk/jasa (Purchase Acrros Product Lines).
c)
Mengajak
orang lain (Refers Others).
d)
Menunjukkan
kekebalan dari tarikan persaingan ( Immunity).
Ø
Tahapan
Loyalitas Konsumen.
Enam Tahap
Loyalitas Konsumen :
1.
Suspects.
2.
Prospects.
3.
Customers.
4.
Clients.
5.
Advocates.
6.
Partners.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar