”Iklan yang cerdik 20 kali akan menghasilkan lebih banyak respons daripada
100 kali iklan yang jelek”
’Brett
William Lowe’
A. MARKETING on CELEBRITIES
Dunia entertainment
makin hari makin gemerlap sehingga membuat lahan para selebriti di Indonesia
semakin subur. Namun dalam membintangi iklan, sinetron ataupun yang lainnya,
para produser memilih artis yang memiliki citra dalam kriteria yang diinginkan
.
Personality artis
yang mempengaruhi personality merek, merupakan syarat-syarat dalam pengunaan
selebriti dalam iklan. Pilihan bintang yang tepat dapat mempengaruhi tmbuhnya
market share, diharapkan personality san bintang akan melekat pada merek dan
diharapkan sang bintang menjadi endorser yang handal, sehingga menarik minat
konsumenuntuk membeli.
Membentuk personality merek mempengaruhi keberadaan produuk dalam segi
penjualan. Penggunaan selebriti yang sedang “naik daun” terdapat dua sisi yang
masih belum diketahui keberadaannya dalam jangka panjang. Penguat personality merek produk atau hanya
pendongkrak penjualan sesaat.
Pilihan pada selebriti ini dapat dilakukan melalui berbagai pertimbangan,
antara lain adalah:
Pertama, pilihan akan dijatuhkan pada selebriti yang
kala itu sedang naik daun, dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilihnya dapat mewakili produk yang
sedang diiklankan.
Kedua, tentu saja yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan.
Setelah memiliki kedua syarat pertimbangan tersebut, maka dibuatlah
keputusan untuk menggunaka selbriti yang nantinya berperan dalam iklan produk
perusahaan, yang diharapkan pula nantinya selebriti tersebut benar-benar mampu untuk menjadi spoke person dari merek tersebut.
Tiga faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli, antara lain :
- Daya tarik fisik (kecantikan, ganteng, lucu, dsb)
- Dapat dipercaya
- Expertise (adanya keahlian)
Reputasi sang bintang iklan harus selalu dijaga untuk menjaga image produk
yang diiklankan.
Berpindahnya san
selebriti membintangi produk lain, terutama produk pesaing ,juga dapat
melemahkan produk yang diiklankan. Sebab seperti yang diketahui ternyata
selebriti yang tidak loyal dengan produk yang “dalam iklan”-nya seolah produk
itu yang sudah melekat pada brand name sang
bintang.
Ditinjau dari sisi branding,
selebriti memang dapat menjadi pencerminan personality
dari sebuah merek. Selebriti adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh
konsmen pada suatu merek.
Bagi seorang pemasar, brand
personality ini sangat penting karena seperti halnya manusia, personality
membuat merek suatu produk akan Nampak berbeda, dibandingkan dengan merek lain.
Fitur dan harga akan mudah sekali ditiru oleh competitor, tetapi personality umumnya lebih sulit untuk
ditiru.
Evaluasi
penggunaan selebriti dalam iklan
Pemilihan selebriti
dalam penyampaian pesan tersebut nantinya diharapkan dapat menimbulkan dampak
yang cepat dalam brand awareness dan brand recognition.
Pada suatu survey
yang diadakan di Amerika, kurang lebih hanya 5% dari TV commercial yang iklannya
digunakan selebriti dan selebihnya hanya menggunakan orang biasa sebagai iklan.
Dalam model yang
telah dikembangkan oleh Rossiter dan Percy, karakter si selebritis akan
disesuaikan dengan Communication objective yang hendak dicapai. Vis CAP itu
sendiri terdiri dari 4 unsur yaitu Visibility,
Credibility, Attraction, dan Power.
Dimana Visibility
memiliki dimensi seberapa jauh popularitas selebriti. Credibility berhubungan
dengan product knowledge yang diketahui sang bintang. Attraction lebih
menitikberatkan pada daya tarik sang
bintang, personality, tingkat kesukaan masyarakat kepadanya(nge-fans), dan
kesamaan dengan target user. Power adalah kemampuan selebriti
dalam menarik konsumen untuk membeli.
Iklan yang bagus
harus tepat sasaran, Pertama, komunikatif. Menurut rumus yang diberikan Philip
Kotler, dalam membuat iklan yang hendaknya mengacu pada rumus AIDA, yaitu attention, interest, desire, dan action. Kedua, iklannya menghibur. Dan yang
Ketiga, ada relevansinya dengan brand produk. Keempat, memiliki respek.
Bintang iklan yang tepat akan menumbuhkan market share dan identitas produk ditetukan oleh kepribadian artis.
Jika personality selebritis sangat bertentangan dengan personality produk
produk maka persepsi yang dimunculkan pada iklan akan bertentangan, bahkan
melemahkan brand produk itu sendiri.
Merek indentik dengan sang bintang. Persepsi konsumen terhadap merek dan
bintang iklan lainnya, seperti Lux dengan kesan cantiuk, anggun, lembut,
sederhana, harum, menarik,dll. Namun, dari bintang iklan seperti Ari wibowo,
yang berkesan gagah, macho, ganteng, cool.
Sikap sang bintang
dalam memenuhi tuntutan iklan bukan lagi sebuah kewajiban, tetapi sudah menjadi
komitmen sang bintang selama bekerja sama dengan perusahaan dan multi produk.
Sang bintang harus paham dengan product
knowledge. Pengetahuan produk yang mendalam akan sanga mempengaruhi
“percaya diri” ketika membintangi produk yang diiklankan.
Selama menjadi tokoh endorser, sang
bintang penting menjaga etika. Salah satu kunci yang berhubungan dengan etika
ialah selalu bertanggung jawab.
Misalnya, seperti mengiklankan produk yang merupakan pesaing produk yang
diiklankan, ia lebih mempertimbangakan etis atau tidak jika hal itu
dijalaninya,. Jadi, menurutnya tidak semata-mata melihat fee yang ditawarkan.
Tetapi lebih mengedepankan etika moral daripada imbalan yang diterima.
Selebriti
top Berperan dalam pemasaran
Apa yang sering
dibayangkan orang mengenai selebriti dalah sekumpulan orang-orang top yang
berpesta pora di tempat-tempat yang sangat eksklusif. Semua it bis dilihat
dalam sinetron maupun dongeng. Oleh sebab itu gaya selebriti di tengah orang
kaya maupun miskin sering dikatakan sebagai hal yang mustahil atau untouchables.
Pada bagian ini ada
beberapa selebriti yang pernah menjadi top di tahunj-tahun belakan ini
berdasarkan riset yang dilakukan oleh majalah SWA Jakarta adalah Krisdayanti,
Joshua Suherman, Sheila on Seven, Sherina, Tasya, Melly Goeslaw, Bella Saphira
dan Dewi Hughes.Mereka telah menjadi endorser dari beberapa produk.
Membintangi berbagai film, bintang iklan, dan berbagai show-show yang ada
dengan honor diantara 850 juta – 4,5 miliar/tahun.
B. MARKETING MIX ON INUL
Sangat menarik sekali
jika mengulas cara memasakan diri sendiri hingga menjadi sukses. Al Ries and Jack
Trout dalam bukunya “Horse Sense” menyebutkan bahwa ada beberapa kuda
tunggangan yang bisa membantu seseorang meraih sukses dalam karirnya, yaitu :
- perusahaan, pimpinan, teman, gagasan, keyakinan, dan diri sendiri. Ia menyebutkan tunggangan pertama adalah perusahaan. Jika dihubungkan dengan kesuksesan Inul sebagai selebriti, betapa ia telah memahami peran perusahaan untuk membawa dirinya sukses, dalam karirnya ia mengandalkan seorang pimpinan yang tentu saja dapat mengobarkan ketenarannya melalui gosip-gosip yang terjadi. Sementara itu, ia mengandalkan teman sebagai tunggangan sukses dalam setiap langkahnya, manggung dengan cara yang sangat familiar.
- Gagasan, rupanya Inul benar-benar mengerti bahwa melalui gagasan dan keyakinan, karirnya sebagai penyanyi dangdut merangkap terus seperti roket. Dan, menurut Al Ries and Jack Trout untuk meraih sukses, siapapun harus bersedia menampilkan diri sebagai orang konyol dan kontroversial serta mau melawan arus. Inilah yang diperbuat Inul melalui keterampilannya bergoyang ngebor. Selain itu, untuk memenangkan pertandingan yang seru, tentunya Inul tidak harus bergantung pada diri sendiri, meskipun semuanya itu dapat dilakukan. Adanya pihak-pihak diluar dirinya, seperti produser, pencipta lagu, orang-orang di jalur putih dan pers sangat membantu popularitasnya.
Perjalanan sukses Inul yang dimulai dari kpenyanyi dangdut kelas kampung
sampai kelas gedongan sebagai “produk yang berbeda” melalui konsep klasik
MARKETING MIX yang diperkenalkan oleh McCharty dan dipopulerkan oleh Philip
Kotler, dan diharapkan ulasan-ulasan yang ada sudah dipahami.
Pada gagasan Philip
Kotler, marketing mix terdiri 4P
(Product, Price, Place, Promotion) dan pada kasus ini bagaimana konsep 4P
tersebut diaplikasikan sehingga secara satu contoh yang berhubungan dengan
kesuksesan sang Inul. Salah satu contoh yang berhubungan dengan kesuksesan Inul
adalah VCD bajakan. Sangat mudah dipahami jika VCD bajakan (15 versi dan
terjual 15 juta kepin kopinya) dapat membantu ketenaran sang Inul. Jika
digabungkan dengan teori marketing mix
bukanlah VCD bajakan tersebut adalah “media promosi” yang mengkampanyekan pada
banyak kalangan bahwa kini ada penyanyi dangdut yang sangat unik.
The
smart market in dangdut
Tidak mudah untuk
menjadi seorang pemasar untuk dirinya sendiri melalui berbagai sarana yang
serba terbatas. Inul begitu terkenal karena keunikan sebagai penyanyi dangdut
melalui ciri khas “joget” yang dijuluki pertama kali oleh Eko Patrio sebagai
“goyang ngebor”. Ciri khas yang menjadikan Inul sebagai penyanyi yang memiliki
keunggulan bersaing.
Menurut Al Ries and
Jack Trout, dikatakan bahwa jika suatu produk ingin menang dalam suatu
persaingan yang kompetitif, buatlah produk itu unik dan informasikan sedemikian
rupa agar berbeda, sehingga memperoleh sepoong kapling dalam benak konsumen
untuk berkuasa dan memperoleh keddkan istimewa di sana. Sementara itu Inul,
melalui cirri khasnya “ goyang ngebor” menjadi amat berbeda dibandingkan dengan
penyanyi yang lainnya.
Smart Marketer
melalui analisa STP (Segmentation, Targeting and Positioning), menarik jalinan
yang masuk akal, bagaimana prose situ terjadi . seorang Smart Marketer akan
dikatakan smart jika memenuhi syarat sederhana,seperti :
- Mengetahui segmen pasar,
- Mengetahui target pasar, dan
- Mengetahui posissi persaingan produk dalam pasar.
Tahu akan segmen
pasar berarti seorang marketer mampu dalam memilih pasar yang tadinya heterogen
menjadi pasar yang homogen, memilih segmen pasarnya dengan jitu kemudian
memilih target pasar yang akan dituju, dengan costumer yang paling banyak
jumlahnya.
Dalam perjalanan
karir Inul, ia telah memilih target pasarnya dengan benar yaitu sesuai dengan
kondisi atau permintaan pasar yang ada. Inul juga memiliki daya tarik
tersendiri dalam bergoyang. Sementara itu, Inul juga telah memposisikan dirinya
sebagai penyanyi yang tak ada tandingannya. Ia membuat suatu perbedaan
dibanding dengan penyanyi lain.
Dengan petunjuk 4P,
orang-orang marketing dituntut membuat suatu keseimbangan, sehingga keempat
roda pemasaran itu memiliki tekanan udara yang optimal untuk mengangkut
penumpang di atas kendaraannya yang sedang mengalami proses memorizing dan associating yang disebut positioning.
Gunakan “strategi
gerilya” yang murah untuk mendapatkan hasil yang amat dahsyat dikemudian hari.
Promosi yang dilakkan dari mulut ke mlut membangun brand equity. Dengan brand equity yang kuat saluran distribusi
diharapkan dapat berkembang sehingga semakin banyak tempat penjalan yang pada
akhirnya dapat memperbesar volume penjualan.
Dalam Costumer
Oriented, pelanggan harus diberikan pelayanan lebih dari yang dilakukan oleh
pesaingnya. Sehingga yang harus dilakukan pemasar adalah menjaga agar pelanggan
tersebut tidak meninggalkan dan berganti pada produk komplementer yang dapat
memenuhi need, want,dan expectation-nya.
Pada produk konsumsi
dikenal adanya product life cycle atau daur hidup suatu produk.
Suatu produk akan mengalami proses kelahiran hingga kematian dengan rutan
sebagai berikut, produk diperkenalkan kepada konsumen dengan menggunakan
berbagai promosi baik melalui iklan di televise, radio, surat kabar, majalah,
tabloid, selebaran atau pun kegiatan promosi lain seperti membagi sample,
demonstrasi atau yang lain.
Setelah produk
dikenal dan dicoba oleh konsumen,produk akan mengalami pertumbuhan kemudian
kedewasaan, setelah itu produk akan mengalami kematian. Umunya, produk akan
bertahan hidup sedikit atau lebih panjang jika didukng oleh berbagai yang
dilakukan oleh produsen. Namun, tak dapat dilupakan bahwa ancaman produk secara
alami menghadapi product life cycle akan tetap berlangsung jika muncul produk
pesaing yang memiliki benefit lebih baik sesuai dengan need, want,dan expectation konsumen.
Secara alami prodct life cycle
ini pasti akan dialami oleh siapa pun. Seorang yang smart dalam pemasaran akan
selalu berusaha memperpanjang daur hidp produk. Tentu dengan berbagai cara,
misalnya dengan melakkan re-packaging,
re-segmenting, re-targetin, re-positioning, re-lounching, dan melakukan
berbagai perbaikan mutu produk, penetapan harga yang kompetitif, perombakan dan
perbaikan saluran distribusi serta melakukan promosi sesuai budget dan mengatur
strategi dari kemungkinan pemborosan. Barangkali Inul akan menjadi produk,
melalui “suara” dan “goyang ngebor”, yang memiliki product life cycle panjang
melalui strategi yang nantinya akan diatur oleh managernya.
Analisa marketing mix : Inul sebagai produk
Pada kasus Inul tidak
luput pula ia terkondisi sebagai produk. Produk yang diberikan pada kalayak
tentunya produk berjenis hiburan, melalui “suara” dan liukan tubuhnya yang sangat
khas. Untuk itu melalui teori klasik Marketing Mix, harus diketahui sebagai
bagian “marketing in every day”,
yaitu pemasaran pada intinya terus berlangsung di dalam kehidupan kita setiap
hari dan bias digunakan untuk memasarkan diri kita sendiri. Ternyata memang
benar, dalam kehidupan kita sehari-hari kesuksesan seseorang sangat berkaitan
erat dengan “marketing”, yang tentunya kalau kita mau menganalisanya, begitu
pula kegagalan seseorang juga berkaitan dengan kekeliruan seseorang dalam
menerapkan “marketing” dalam proses menuju kesuksesan.
Suara asesorisnya
“goyang ngebor”. Kemampuan menyanyikan suatu lagu berirama dangdut yang sedikit berirama rock tentunya tidak cukup karena beberapa pengamat
seni mengatakan bahwa kualitas suara Inul tidak sebagus suara penyanyi dangdut
tenar lainnya.
Produk yang ada dalam diri Inul adalah produk yang sangat sederhana. Inul
mewakili sosok rakyat kecil dengan segala impiannya pada kesuksesan, ketenaran,
dan kekayaan, karena memang ia berasal dari rakyat kecil. Justru bermula dari
kesederhanaan tersebut dunia serasa dibalik olehnya.
Seperti layaknya produk konsumsi baru yang diperkenalkan pada konsumennya
tentukan menggunakan berbagai iklan secara below
the line maupun above the line. Karakteristik
produk yang ada pada diri Inul adalah busana yang lain daripada yang lain. Inul
seringkali menggunakan busana yang “enggan” menutupi bagian perutnya.Inilah
daya tarik produk yang sangat sepele., meskipun secara nyata bagian ini juga
merupakan asesorinya disampingg goyang ngebornya.
Meskipun ada yang memperbolehkan goyang ngebor tapi diusahakan agar santun.
Semua itu dapat terjadi jika penggemar benar-benar menginginkan mutu produk
dikurangi. Artinya, produk yang ada tidak sesuai dengan standar yang ada.
Analisa
marketing mix :“Goyang ngebor” sebagai price
Sebagian orang
mungkin akan terkejut jika Inul memulai debut sebagai penyanyi dari tarif yang
sangat kecil, yaitu tarif Rp3500.- di tahun 1980. Kemudian pada tahun
1990-an,ketika menghibur di acara hajatan baik pernikahan, sunatan dan ulang
tahun, berkisar Rp15ribuan. Kini honor yang diterimanya lebih jauh dari nilai
tersebut.
`“Goyang ngebor”
adalah penambah nilai dari kegiatan menyanyi wanita asal Gempol yang lahir 21
Januari 1979 tersebut. Sebelum melempar produk ke pasar, biasanya beberapa
produsen memiliki sasaran yang hendak dituju. Melalui sasaran, penetapan harga
akan diperoleh suatu laba atau pun produsen dalam posisi break even. Jika produk dalam keadaan terdesak seperti model yang
sudah tidak up to date, over capacity
dan harga produk pesaing lebih murah, seorang produsen dapat menetapkan
langkah-langkah penetapan harga berdasarkan objective-nya.
Jika dihubungkan
dengan pricing objective maka
terdapat perkembangan price pada produk “suara” dan asesorinya “goyang ngebor”
Inul. Di awal karirnya sasaran penetapan harga survival dan penetapan harga
peningkatan pertumbuhan pasar (market share atau sales growth). Memang
penetapan harga bukan dilakukan leh Inul semata, yang seringkali pasarlah yang
menuntut tarif ketika Inul menyanyi, terutama ketika ia menyanyi dari panggung
kecil kampung yang satu ke kampung kecil
yang lain.
Pada kedudukan produk
berkategori speciality, produsen akan
melakukan maksimum market skimming, yaitu menetapkan harga produk tinggi untuk
“memerah pasar” atau meraih re-venue yang tinggi. Konsumen akan bersedia
membayar harga yang lebih mahal untuk mendapatkan produk yang diinginkan.
Dalam menetapkan suatu harga jual produk, terdapat faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan produsen. Faktor internal tersebut meliputi,
- pertama, adanya sasaran perusahaan yang disesuaikan dengan sasaran yang dipilih oleh perusahaan dalam menetapkan harga produknya.
- Kedua, adanya strategi bauran pemasarannya dengan melihat bagaimana penempatan unsure-unsur bauran pemasaran dilaksanakan. Karena unsure bauran harga dikoordinasikan dengan desain produk, pendistribusiannya dan keputusan promosinya.
- Ketiga, adanya biaya produksi yang nantinya digunakan sebagai dasar di dalam penetapan harga produk.
- Keempat, adanya pertimbangan organisasi, yaitu menyangkut pihak-pihak atau siapa saja di dalam organisasi perusahaan yang berhak menentukan harga.
Tidak jarang produk
akan ditetapkan harganya setelah mengalokasikan berapa besar biaya promosi
produk tersebut agar menjadi laku di pasar.
Faktor eksternal akan meliputi :
- Pertama, adanya permintaan pasar dan bila biaya dasar digunakan bagi penetapan harga produk, maka permintaan dasar perlu dipertimbangkan untuk menentukan kelayakan sebuah harga.
- Kedua, adanya reaksi pesaing dan kebijaksanaan harga dari pesaing.
- Ketiga, keadaan perekonomian. Adanya factor inflasi dan resesi, masa ekonomi melimpah yang berdampak pada tingkat harga produk ini, hal ini karena tingkat bunga sangat mempengaruhi unsure biaya bagi suatu produk.
Harga psikologis dan harga promotional ditetapkan sesuai dengan situsi dan
kondisi yang ada. Tentunya dalam masa mendatang akan memetik suatu keuntungan.
Kalau brand produk akan dikenal produk akan dikenal, jika produk seperti yang disampaikan Inul dengan cara
menyanyi dan bergoyang di masa mendatang juga menjadi komoditi bagi para
penggemarnya yang telah mengalami kepuasan secara emosional sehingga
menimbulkan experiensial marketing.
Analisa marketing mix :inul dalam place
Seperti yang kita ketahui, suatu produk yang telah memiliki harga dan mutu
yang baik tanpa didistribusikan ke seluruh outlet yang ada maka produk tersebut
dengan sendirinya tidak akan dibeli oleh konsumen. Apalagi produk tersebut
tanpa dipromosikan melalui kegiatan promosi. Namun, Penyusunan produk di rak dengan rapi dan menarik akan menimbulkan impulse buying pada konsumen.
Dalam kajian ini, perkembangan kesuksesan Inul sebagai penyanyi yang unik
tidak lepas dari peran “place”di dalam pemasaran. Kalau
dianalogikan Inul telah membagi saluran distribusinya ke dalam beberapa tipe outlet, dan kalau mau membaginya kita
mungkin akan mengetahinya bahwa outlet
tradisional market yang ada adalah tingkat kampung, dan tingkat kabupaten. Sedangkan tipe outlet modern market adalah tingkat
perkotaan.
Analisa marketing mix :inul dalam promosi
Pada produk konsumsi yang baru, terdapat 3 cara dalam berpromosi, yaitu :
- Pertama, produk diiklankan terlebih dahulu, baik melalui televisi, surat kabar, majalah,dll.
- Kedua, produk didistribusikan terlebih dahulu setelah produk terpenetrasi di seluruh outlet sekitar 80%.
- Ketiga, produk didistribusikan dan sekaligus dipromosikan secara bersama-sama.
Gerakan pendistribusian produk yang akan lebih lambat dibandingkan
kecepatan informasi yang ditampilkan oleh televisi.Kekuatan promosi dari mulut
ke mulut akan sangat dahsyat sekali jika orang yang dipromosikan selalu
konsisten dengan keahliannya.
Produk multilevel marketing jugab menggunakan strategi serupa, tanpa
promosi yang dilakukan melalui iklan secara above
the line, produk dapat dikonsmsi oleh konsumennya.Belajar dari Inul,
ternyata apa yang bisa dipromosikan dari mulut ke mulut secara positif ternyata
akan dapat menunjang kesuksesan seseorang. Jika produsen suatu produk maka akan
terjadi peningkatan omzet penjualan
sehingga tercipta laba maksimal. Namun perlu diingat pula, promosi dari mulut
ke mulut ini hanya bias tercipta jika produk yang dimiliki perusahaan sangat
berbeda dibanding dengan produk pesaing. Begitu pula produk “suara” Inul yang
dengan asesorinya, sangat berbeda dengan pesaingnya. Percaya atau tidak,
kekuatan promosi dari mulut ke mulut bias sangat dahsyat.
Selain promosi dari mulut ke mulut, dengan strategi promosi dari VCD
bajakan, promosi media cetak, dan TV “soal gossip”, dan menjadi endorser sangat
rentan sekali mendorong produk.
Sumber :
Frans M.Royan, Marketing
selebrities : Selebriti dalam Iklan dan Strategi Selebriti Memasarkan Diri Sendiri , PT
Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, 2004 142 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar